CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

lanjutan.... (Pengayuh Becak)

 2. Pengorbanan Nurul

Pada suatu hari ketika pak Udin sedang mengayuh becaknya tak diduga ada sebuah mobil yang berlaju sangat cepat yang menabrak becak pak udi hingga ia harus segera di larikan ke rumah sakit, Nurul, Ibunya dan ketiga adiknya langsung pergi menuju rumah sakit tempat pak Udin di rawat. Kini semua keluarg pak Udin bingung akan biaya yang harus di keluarkan untuk perawatan pak Udin sedangkan uang tabungan yang selama ini di kumpulkan telah habis di pakai pendaftaran sekolah Nurul. Sebagai buruh cuci istri pak Udin tidak dapat berbuat apa-apa, sekarang hanya Nurul yang dapat di andalkan ia harus memutar otak agar bapaknya dapat sembuh dan sekolahnya tetap berjalan.
Akhirnya Nurul nekat mencari pekerjaan di kota dengan berbekal suara indah yang ia miliki, sebelumnya Nurul memang tidak sadar dengan keahliannya itu namun kali ini ia mencoba keberuntungannya dengan mendatangi beberapa Kaffe, hingga akhirnya Nurul di terima bekerja di sebuah kaffeyang lumayan terkenal. Di hari itu pula Nurul langsung bekerja dan melantunkan beberapa lagi hingga akhirnya ia mendapat 6 lembar uang bewarna biru. Segeralah ia pergi ke rumah sakit dan membayar biaya yang harus segera di lunasi walaupun tidak semua obat yang di perukan ia lunasi namun Nurul merasa lega dan bangga untuk pertama kalinya ia dapat membantu keluarganya karna sebelumnya pak Udin melarang anak-anaknya untuk bekerja karna ia tidak ingin membuat anaknya merasa cape dan susah.
Tapi sekarang apa yang bias di andalkan lagi selain Nurul yang harus menggantikan tugas bapak untuk mencari nafkah, sekarang Nurul sangat memutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sekolah dan uang jajan adik-adik Nurul. Keesokan harinya sepolang sekolah  Nurul kembali ke tempat ia bekerja, tadinya ia ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya itu karena ibunya melarang Nurul bekerja di tempat itu selain mengharuskan Nurul pulang malam hari juga ibunya merasa khawatir dengan mengijinkan nurul bekerja, namun setelah ia tahu bahwa keadaan bapak semakin memburuk kedua kaki bapak tidak dapat berfungsi karena salah satu syaraf kakiya terputus Nurul terpaksa tidak menghiraukan perkataan ibunya dan tetap bekerja sebagi penyanyi kaffe.
Sepualg sekolah Nurul rutin bekerja di kaffe walaupun banyak sekali teman dan tetangga Nurul yang melecehkan pekerjaannya sebagai pekerjaan yang negative namun ia selalu berusaha tidak mendengar dan selalu menutup kedua telinganya rapat-rapat.
Pri anti tidur adalah julukan yang pas untuk Nurul karena tanpa menghiraukan rasa lelah ia selalu meluangkan waktunya untuk belajar seakan-akan ia tidak pernah terlihat tertidur lelap. Pukul 21.30 ia baru pulang bekerja, setelah mengambil air wudhu dan solat Nurul tidak lekas tertidur ia mengerjakan pekerjaan rumah dan menghapal setiap pelajaran yang ia dapat di sekoah, setelah semua pekerjaan selesai barulah Nurul lekas tidur dan bangun kembali pukul 03.00 untuk membantu ibunya menyiapkan bahan dagangan untuk dijajahkan oleh adik-adiknya siang nanti, begitulah keseharian Nurul yang seakan-akan tidak pernah merasa lelah.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

T & M


“Maria ….!!!”
Teriak seorang anak lelaki yang sedang mengayuh sepeda menghampiri Maria.
“Hai” sahut Maria  dengan melebarkan mulutnya tersenyum,
“cepat naik kalau tidak kau akan terlambat” kembali anak lelaki itu berbicara kepada Maria
 “OK!!” Maria menjawab.
“Kenapa kau tidak di antar oleh ibumu?” kembali bercakap
 “oh.. tidak ibuku sedang sibuk, toko bunganya sedang di penuhi orang-orang yang akan merayakan peringatan hari ibu, ngomong-ngomong kamu mau ngasih apa sama ibu kamu?” Tanya Maria
“Aku belum tahu, kamu sendiri bagaimana Maria?”
 “Emm… aku juga belum tahu, bagaimana kalau sepulang sekolah nanti kita mencari hadiah buat ibu kita? Mau kan?”
“OK!! Aku setuju tapi kalau kita pulang terlambat ibu kamu bakalan marah gak?”
 “Engga lah asal jangan pulang terlalu sore aja”
“Ohh baiklah!!”
Sepulang sekolah akhirnya mereka kembali bertemu dan pergi untuk mencari hadiah untuk ibu mereka, setibanya di jalan raya tiba-tiba ada sebuah truk yang menabrak sepeda yang Maria dan Toni sahabatnya kendarai, serentak Maria dan Toni menjerit tapi itulah takdir Tuhan mereka tidak bias menghindar dan merekapun terpental jauh dari sepeda mereka. Suara sirine ambulan pun terdengar dan membawa mereka menuju rumah sakit, keduanya tidak sadarkan diri sampai kedua orang tuanya datang ke rumah sakit tak sedikit pun reaksi yang di perlihatkan dari kedua jasad yang terbaring koma di ruang unit gawat darurat tersebut.
Tangis kedua orang tua mereka tak habis berderai di tambah mereka mendenger berita dari dokter bahwa putra dan putri mereka mengalami pendarahan pada otak mereka. Setelah beberapa hari  akhirnya toni terbangun sadarkan diri dan kata pertama yang ia ucapkan adalah Maria, ia menanyakan keadaan Maria sedangkan ia tidak menyadari akibat dari pendarahan di otaknya ia tidak dapat melihan indahnya dunia seperti keadaannya semula sebelum kecelkaan terjadi. Ia baru sadar setelah ia tahu bahwa keadaan di sekitarnya berubah menjadi hitam dan tak seberkas cahayapun yang dapat ia lihat rasa takut, panik, semua itu tercampur dan tak terasa air pun menetes dari matanya.
“Kenapa dengan mataku ada apa ini, kenapa semua berubah menjadi gelap? Ibu apa yang terjadi?”
Ibunya pun berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi pada mereka walaupun kedua oang tua Toni tidak kuasa untuk mengatakan semua itu tapi apa daya kebenaran harus segera di katakan sebelum hal buruk terjadi. Setelah ibu Toni mengatakan semua Toni hanya menunduk dan menangis, kedua tangan nya menggenggam erat selimut yang ia pakai, ibunya hanya bisa menangis dan mengelus tubuh Toni.
Semenjak itu Toni tak ingin siapapun menemuinya ia hanya menyendiri dan berusaha membohongi diri sendiri dengan menjadi orang yang normal dngan penglihatan yang baik seperti sebelum kecelakaan terjadi. Tak sekali ia terjatuh dan menampik bantun orang lain yang hendak menolong Toni apabila ia sedang berjalan menyusuri lorong rumah sakit.
“hey… kau Toni dari kamar 6ยช kan, kau jangan bersikap seperti itu!!” seseorang bicara pada Toni, namun Toni tidak menghiraukannya
“kau harus bersikap baik dan mencoba menerima semua hal yang menimpamu”
“kau tahu apa dengan keadaanku saat ini? Kau tidak merasakan apa yang aku rasa!” jawab Toni keras
“aku sama dengan mu tapi aku belajar untuk bersabar dan meneruskan misiku hidup di dunia ini, kau juga pasti punya mimpi kan? Hidup kita memang tidak sempurna dengan hilangnya penglihatan tapi kita juga harus mencapai cita-cita yang kita harapkan!” mendengar perkataan itu Toni langsung tercengang wajahnya berubah pucat pasi ia baru menyadari hidupna itu masih sempurna di bandingkan dengan orang yang samasekali tidak dapat berbuat apa-apa, hanya berbaring di ranjang dan menempel banyak alat bantu di tubuh mereka. Serentak tersirat di pikirannya sesosok gadis yang ia kenal Maria??! Bagai mana keadaanya sekarang?”
Keesokan harinya Toni meminta agar ia dapat menemui Maria, di hadapan Maria yang sedang berbaring tak sadarkan diri Toni berusaha tersenyum dan berkata “sekarang aku tidak akan bisa melihatmu lagi Maria, mataku hanya dapat melihat kegelapan tapi setidaknya aku ingin kau segera sadar dan terbangun agar kita bisa bermain bersama lagi” tak sedikitpun reaksi yang di tunjukan dari tubuh Maria. Semenjak itu Toni selalu menemui Maria dan menemaninya, hingga kemudian Maria tersadar.
Bersambung………………

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Badut


Badut itulah kami mungkin rasanya bodoh apabila kita mendengar sebutan itu, namun tanpa hal itu kami upss.. lebih tepatnya saya yang tinggal sebatangkara di kota metropolitan yang gemerlapan ini yang harus terus hidup menyambung nyawa. Propesi sebagai seorang  badut telah saya dan teman saya Rani lakoni sejak kami tinggal satu kos dan ide itu memang muncul dari mulut teman saya, tadinya saya pikir propesi sebagai seorang badut adalah pekerjaan yang tidak menguntungkan tapi ternyata pandanganku itu salah.
“Huhhh..” ujarku sambil ku jatuhkan badanku di atas ranjang tidur
”hari ini sangat lelah tapi syukur ya kali ini kita mendapat job yang bagus”
“ia badanku terasa ramuk” sahut Rani
“Alhamdulilah…, sebaiknya kita harus bersyukur” timpal ku.
Saat istirahat meredakan rasa lelah tiba-tiba Rani meloncat dari atas tempat tidur sambil berteriak girang
“ada apa Ran?” Tanya ku
“Ehh kira-kira honor kita berapa pesta tadi cukup meriah dan itu tandanya…”
aku tersenyum dan mengeluarkan amplop coklat dari saku bajuku, aku dan Rani sudah tak sabar untuk membuka dan melihat isi amplop itu. Namun setelah di buka ternyata isi amplop itu hanya berisi dua lembar kertas berwarna biru
“ hah.. apa ini setelah kerja keras kita hanya dapat segini?” Rani kaget dan serentak keningnya mengusut
“kamu gak boleh begitu sebaiknya kita harus bersyukur atas rizki yang telah di berikan Allah kepada kita”
“ya tapi pesta tadi cukup meriah dan tak mungkin hanya memberi kita honor segini”
Rani terus nyolot
“sudahlah sebaiknya kita sholat  magrib dulu sebelum terlambat” aku berusaha menenangkan.
Keesokan harinya kami bangun tidur seperti biasa, piket dan bersiap pergi ke sekolah, lalu berganti kostum sesuai propesi kami. Namun ada yang tak biasa yang kulihat dari Rani wajahnya pucat dan terlihat sangat lelah
“Ran kamu sakit?” tanyaku penasaran
“tidak” Rani menjawab singkat
“apa kamu belum makan? Kalau kamu sakit kita pulang aja untuk sementara waktu kita tak usah bekerja dulu”
“gak apa-apa Sil aku sehat ko” jawab Rani tapi aku sungguh merasa kasihan padanya dan terus membujuk dia
“ayolah Ran aku tau kamu sedang sakit” dan dengan serentak Rani berteriak
“kalo kita gak kerja hari ini kamu gak bakalan bisa bayar uang sekolah” mata Rani terbelalak, akupun kaget dengan sikap Rani yang tak biasa seperti itu, dengan keadaannya yang sedang sakit tapi ia masih sempat memikirkan keadaanku tak terasa pipiku basah oleh cairan yang mengalir dari mataku. Aku hanya diam terpaku dengan tatapan yang kosong, dan tiba-tiba Rani tersungkur jatuh dengan serentak aku menolongnya namun tak biasanya badan Rani kejang, dari mulutnya keluar busa putih, dan matanya terbalik, aku sangat kaget dan berusaha mencari perhatian orang-orang pun datang menghampiri kami di bawah pohon di pinggir jalan raya. Aku yang duduk di lorong rumahsakit tempat Rani di larikan hanya dapat menangis dan tiba-tiba tersadar untuk menghubungi orang tua Rani yang tinggal di Bandung, dengan segera aku membawa telpon genggam milik Rani dan mencari  nomor yang dapat ku hubungi dan aku temukan nomor yang bernama Bapak tak berpikir lama aku langsung menekan tombol yang berwarna hijau dan menunggu seseorang berbicara di ujung telpon yang lain. Dan kemudian terdengar suara seorang laki-laki tua dan berbicara
“Assalamualaikum geulis aya naon?”
 “maaf pak saya dengan teman Rani” jawabku
“Ohh teman Rani, ia ada apa dek?”
“begini pak Rani masuk rumah sakit” jelasku singkat
“masuk rumahsakit? Baiklah bapak akan segera ke Jakarta” kaget
“ia pak Assalamualaikum” “waalaikumsalam.”















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengayuh Becak


1. Sekolah

“Sulit sekali menghadapi kehidupan ini sangat-sangat sulit, tuntutan yang mengharuskan kita selalu tetap belajar, bertahan hidup dan berjuang untuk mendapatkan semua hal yang di idamkan. Saat ini memang uanglah yang menentukan semua nasib seorang manusia. Haruskah kita melakukan hal yang sama dengan seorang yang berkerah putih???  Tikus-tikus putih yang mecemari ibu pertiwi, dengan perut buncinya mereka tertawa lepas tanpa menghiraukan semua semut yang mereka injak haya karna sepotong keju yang mereka lihat. ADIL .. kata itu sudah tidak berguna di massa global seperti ini hanya kekuasaan dan harta yang menggelapkan dunia ini, masihkah ada seorang di atas sana yang tahu akan pendeeritaan seorangn pengayuh becak seperti saya ini???” gerutuk pak Udin di dalam hatinya, di bawah teriknya matahari pak Udin mengerutkan dahinya dan menunduk, kali ini bukan masalah para tikus berkerah putih itu lagi tapi skarang ia sangat merasa bingung karena anak sulungnya  Nurul membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Pak Udin selalu berusaha keras kalau untuk pendidikan anak-anaknya karena ia tidak ingin suatu hari nanti anaknya akan memiliki nasib yang sama dengan dirinya.
Setelah matahari mulai tergelincir Pak Udin baru mengayuh becaknya untuk pulang menuju gubuk reot peninggalan orang tuanya. Di sanalah Pak Udin tingal bersama istri dank empat anaknya yang masing-masing masih duduk di sekolah dasar dan si sulung Nurul yang hendak melanjutkan sekolahnya ke sekolah menengah atas. Walaupun setiap harinya Pak Udin tidak membawa penghasilan yang cukup namun sepeser uang yang hanya dapat di tukar dengan beberapa liter beras saja keluarga pak Udin sudah mersasa sangat bersyukur.
“Pak, Nurul mau nerusin sekolah ke SMA, Nurul ga akan minta biaya ke bapa sama ibu..” keluh Nurul kepada pak Udin.
Pak Udin hanya bias mengelus kepala Nurul dengan meneteskan air mata, di dalam hati kecilnya pak Udin menjerit ia ingin melihat semua anak-anaknya mengecap pe ndidikan yang layak namun apa daya dengan segala kekurangnnya pak Udin hanya bias berdoa dan berusaha lebh keras lagi.
 “ iya Nurul bapak akan berusaha dan mendukung Nurul supaya Nurul jadi anak pinter, bapak punya tabungan sedikit besok kita pakai saja untuk daftar ke SMA” Jawab pak Udin.
Nurul pun bangkit dan melebarkan mulutnya tersenyum. Keesokan harinya berangkatlah Nurul dengan pak Udin ke sekolah yang di harapkan Nurul, tidak neko-neko Nurul hanya menginginka ia duduk di bangku sekolah tidak memandang apakah itu sekolah vaforit ataupun tida. Pak udin memaksakan keadaannya hanya untuk membahagiakan anaknya dan ia berharap dengan duduknya Nurul di bangku sekolah akan membantu perekonomian keluarganya kelakdi kemudian hari, walaupun pak Udin belum tau bagaimana harus mencukupi biaya sekolah Nurul nantinya tapi ia yakin kalau untuk mendukung dan membahagiakan keinginan yang di mata Allah itu baik maka Allah tidak akan lupa dan menunda rijki yang akan Ia berikan.
Pagi itu hari pertama Nurul masuk sekolah barunya dengan di antar pak Udin dengan becak tuanya Nurul sangat bersemangat. Tanpa rasa malu Nurul turun dari becak  lalu mencium tangan pak Udin di depan gerbang sekolah. Setelah mengantar anak sulungnya pak Udin kembali melakukan kegiatan dehari-harinya sebagai pengayuh becak kali ini pak Udin llebih bersemngat karna melihat kegigihan Nurul untuk menggapai kiinginannya.
Alhamdulillah kali ini pak Udin di beri rijki lebih karena kebetulan ada acara di kabupaten yang meminta becak pak udin untuk disewa sebagai properti pembukaan acara tersebut. Malam harinya semua keluarga pak Udin berkumpul untuk bercengkrama dan melepas lalah setelah seharian melakukan kegiatan yang sangat berat. Nurul pun banyak sekali bercerita tentangdirinya di sekolah yang baru ia tempati.

๛๛

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

<marquee direction='left'onmouseover='this.stop()'onmouseout='this.star()' scrollamount='5'>
<br><font size='6' color='blue''> MAAF ARTIKEL BLOGSITE NBELUM SIAP</
</marque>
<br><blink><u>untuk kenyamananAnda</u><blink></br>

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS